Monday, December 3, 2012

Langkah-langkah Penulisan Karya Ilmiah

PERSIAPAN DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

Tips persiapan adalah segenap trik dan kiat  yang perlu dipahami, diadakan dan dikondisikan untuk memperlancar terwujudnya sesuatu yang menjadi tujuan sebuah rencana kegiatan sebelum kegiatan berlangsung.
Tips persiapan dalam menulis karya ilmiah populer adalah trik dan kiat yang harus dipahami , diciptakan keberadaannya dan dikondisikan sedemikian rupa sehingga memperlancar terwujudnya sebuah karya tulis hingga tersaji pada halaman media masa yang selanjutnya sampai di meja pembaca.
Pertama Kumpulkan Informasi
Membaca  surat kabar, majalah ataupun buletin pendidikan utamanya, hendaknya menjadi kebutuhan bagi guru agar tidak ketinggalan informasi. Bagi guru calon penulis, membaca tidak sekedar mendapatkan informasi kemudian dibiarkan hilang begitu saja tanpa kesan. Akan tetapi informasi baru hendaknya diinventarisir dengan cara dicatat ataupun dikumpulkan guntingan-guntingan informasi surat kabar itu lengkap dengan tanggal pemuatannya. Perlakuan ini dimaksudkan sebagai proses pengumpulan dokumen informasi yang dapat digunakan sebagai modal pencarian tema dalam penulisan karya ilmiah populer Anda.
Pengumpulan informasi dapat diperoleh dari mana pun tergatung dengan media apa penulis itu bergelut. Koran, majalah, buletin, radio, TV, internet atau wawancara langsung dengan nara sumber adalah sumber informasi yang tak habis-habisnya digali. Informasi tentang pendidikan memang silih berganti datang bertubi setiap hari. Informasi itu terus berlari seiring dengan pergantian hari.
Bagi calon penulis dan penulis yang sudah terbiasa menulis, informasi baru merupakan  bahan tulisan yang sangat ditunggu-tunggu. Oleh karena itu informasi baru harus diinventarisir sehingga penulis dapat memiliki informasi yang segera dapat diangkat menjadi opini atau artikel.
Jangan lupa, informasi dari pakar dan media elektronik agar dicatat runtut sesuai urutan waktu yang disertai tanggal tayang atau tanggal acara itu berlangsung. Nama acara dicantumkan dalam catatan akan lebih lengkap dan lebih baik.
Mengapa harus mengumpulkan informasi baru ? Media masa hanya akan memuat tulisan yang mengandung hal baru baik informasinya, pandangan pencerahan, pendekatan, saran maupun solusinya. Topik yang dibahas pun sesuatu yang aktual, relevan dan menjadi persoalan di masyarakat. Pertimbangan inilah melandasi calon penulis hendaknya rajin mengumpulkan informasi yang baru.
Nah, apabila Anda menginginkan tulisannya diperhitungkan oleh penerbit , informasi  baru dalam tulisan Anda sangat diutamakan. Anda tidak akan menguasai informasi terbaru apabila  tidak mau rajin mengumpulkan informasi yang ada. Kasus ditolaknya tulisan tidak dimuat di media masa paling banyak disebabkan oleh hal  yang dibahas bukan hal baru
Kedua, Peka Melihat Keadaan
Melihat dapat diartikan memperhatikan. Peka melihat keadaan artinya mampu dan mau memperhatikan hal-hal kecil hingga besar keadaan lingkungan baik melalui sumber bacaan, kata nara sumber maupun secara  langsung lewat indera sendiri mengetahui kejadian di lingkungan sekitar.
Peka melihat keadaan merupakan sikap yang harus dimiliki oleh calon penulis ataupun penulis karya ilmiah yang sudah biasa menulis. Walaupun permasalahan yang dapat diangkat sebagai bahan tulisan itu berserakan  banyak sekali di sekitar kita akan tetapi apabila calon penulis  tidak peka melihatnya maka tulisan yang diharapkan itu pun tidak akan menjadi kenyataan.
Membaca berita dalam koran bagi calon penulis peka tentu tidak sekedar membaca kemudian hilang tanpa kesan. Bagi pembaca peka, isi berita itu dapat diangkat sebagai bahan tulisan yang segera dikaitkanhubungkan  dengan sumber pustaka dan secara jeli dianalisisnya  menjadi sebuah karya ilmiah yang pantas dipajang di media masa.
Oleh karena itu tangkaplah fenomena di sekitar Anda sebagai inspirasi bahan tulisan yang aktual. Fenomena yang ada di sekitar itu identik dengan kesempatan yang tak pernah datang dua kal
Ketiga, Buat Klipping Artikel Pendidikan
Bersamaan dengan melatih diri untuk peka menangkap keadaan sekitar sebaiknya Anda juga rajin untuk mengumpulkan / mengklipping tulisan orang lain yang bernuansa pendidikan. Ambillah artikel pendidikan  sekalipun dari bungkus tempe / bungkus kacang goreng ! Kumpulkan tulisan-tulisan itu hingga banyak maka  akan menjadi sumber referensi yang jelas dan akan menambah wawasan  Anda.
Setelah membaca kumpulan artikel yang ditulis banyak orang itu, Anda akan mendapatkan sesuatu yang bersinar dari artikel tersebut. Sinar yang menerangi pikiran dan hati Anda sehingga menunjukkan jalan lebar menuju kampung penulis cerdas. Sinar itu adalah : 1. motivasi menulis, 2. perbendaharaan bahasa media masa, 3. karakteristik penulis,4. urutan kronologis susunan tulisan, 5. referensi pengetahuan,6. mendapatkan idola model bentuk tulisan
Anda bisa meniru model tulisan orang lain, namun tak boleh menjadi plagiat yang merangkum tulisan-tulisan orang lain. Meniru model dapat diartikan meniru bentuk tulisan. Meniru urutan kronologi susunan tulisan dan meniru gaya tulisan orang lain agaknya tidak dilarang.
Dengan banyak membaca artikel orang lain Anda bisa meniru polanya walaupun makin lama Anda menemukan pola baru sebagai ciri khas bentuk karya tulisan Anda. Sebagai calon penulis, Anda berada selangkah lebih maju daripada teman yang mau menulis akan tetapi tidak bersedia mengklipping artikel orang lain. Percayalah, langkah ini  merupakan langkah jitu sebagai penulis karya ilmiah populer otodidak. Penulis buku ini membuktikan.

Keempat, Mencari Tahu Langsung kepada Penulis
Ada pepatah ” Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina ” mengajarkan kita agar  bersemangat, tidak mudah putus asa dalam meraih cita-cita. Carilah penulis yang tulisannya sering diterbitkan di media masa. Mintalah petunjuk kiat dan strategi menulis yang bisa lolos seleksi  redaktur media masa. Sering-seringlah berjumpa dengannya sehingga akrab sebagaimana teman karibnya.  Pepatah Jawa ” Cerak – cerak kebo gupak ”  yang berarti apabila berdekatan dengan teman maka akan terpengaruh sikap dan karakter teman akrab tersebut. Baik ataupun tidak baik sikap dan karakter teman itu akan kuat sekali mempengaruhi.
Apabila kita terpengaruh secara positif motivasi dalam menulis oleh teman maka sesungguhnya itulah yang kita cari. Pengaruh teman akrab lebih mempan daripada seribu nasihat nara sumber seminar. Percayalah
Berguru kepada teman akrab jauh lebih efektif daripada menimba pengetahuan dari Maha Guru yang jarang sekali bertemu. Tanamkan pradugamu yang baik bahwa penulis sejati akan selalu melayani teman akrab yang minta diajari  menulis seperti yang dia alami.
Penulis sejati, ikhlas hingga sanubari memberi ilmu  rahasia  menulis  yang dia miliki,  tanpa harus minta
ganti rugi. Penulis sejati memang kaya budi. Bertemanlah kepada penulis niscaya Anda akan  termotivasi untuk menulis.
Kelima, Memahami Karakteristik Media Masa
Karya tulis yang dimuat pada  sebuah koran belum tentu dapat dimuat di koran lain sekali pun mungkin dianggap berbobot. Mengapa ? Tolok ukur karya tulis yang bisa dimuat, setiap redaksi berbeda. Tingkat bobot tema, bahasa dan analisis setiap redaksi media masa terhadap sebuah karya tulis, berbeda.
Ada media masa yang tidak  berani memuat karya tulis dengan bahasa keras (menyinggung pemerintah) namun sebaliknya ada media masa yang senang memuat karya tulis bertaraf keras. Ada media masa yang tidak suka memuat karya tulis bernuansa agamis dan ada media masa yang senang dengan karya tulis yang bernuansa agamis. Demikian juga panjang pendek karya tulis yang bisa dimuat, setiap redaksi media masa mempunyai ketentuan yang berbeda. Dan masih banyak lagi hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan ketentuan masing-masing redaksi media masa.
Oleh karena itu, sebelum Anda banyak mengalami kegagalan, pahami dulu karakteristik setiap redaksi yang akan Anda kirimi karya tulis Anda. Setelah Anda memahami pada gilirannya tinggal mengasah tata bahasa, mengolah kata untuk menyesuaikan ketentuan media masa dalam bentuk karya yang siap saji di meja pembaca.
Keenam Catat Alamat Redaksi Media Masa
Redaksi yang akan Anda kirimi karya tulis Anda hendaknya tidak terpatri pada satu media masa. Karya tulis  Anda yang tidak lolos pada salah satu media masa dapat dikirimkan lagi ke media lain setelah ditunggu kurang lebih 10 hari sejak tulisan Anda sampai di meja redaksi media masa dan ternyata  tidak dimuat. Untuk itulah alamat redakasi beberapa media masa harus ada di tangan Anda.
Di bawah ini disajikan alamat redaksi beberapa media masa baik koran , majalah, buletin maupun jurnal pendidikan.
Ketujuh, Rajin Baca Referensi
Membaca buku referensi adalah wajib bagi guru calon penulis ataupun yang sudah menjadi penulis. Tanpa mau membaca buku referensi niscaya tak akan bertambah wawasan maupun pengetahuan yang dimiliki. Referensi merupakan pendukung dan penguat  pendapat  Anda  yang tertuang dalam karya tulis Anda. Anda tak bisa berpendapat seenaknya tanpa ada dukungan fakta dan referensi.
Perlu diketahui, karya tulis Anda dinilai lemah oleh redaktur media masa apabila tidak didukung referensi terbaru.  Dan itu indikasi karya tulis Anda tak akan lolos dari uji redaktur media masa. Ujung- ujungnya karya tulis Anda tak akan dimuat dan hanya akan  dibuang di bak sampah penerbit.
Lebih lanjut apabila karya tulis Anda dapat dimuat pada media  yang Anda kirimi, belum tentu mendapat nilai dari Tim Penilai Pengembangan Profesi Guru. Karya tulis tersebut selanjutnya disebut sebagai obrolan  penulis yang tidak memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiah baku.
Perlu dipahami karya tulis dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah yang memenuhi syarat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut ( Kastam Syamsi, 2006) , 1. Isi sajian berada pada kawasan pengetahuan keilmuan, 2. Penulisannya cermat, tepat, benar menggunakan sistematika umum dan jelas, 3. Tidak bersifat subjektif, tidak boleh emosional, mengungkapkan terkaan, prasangka, atau memuat pandangan-pandangan tanpa fakta dan rasional yang mantap dan 4. Didukung dan dikuatkan referensi yang jelas
Sebelum Anda menjadi penulis yang handal, langkah awal yang harus Anda lakukan adalah bersikap akrab dengan buku-buku referensi. Buku-buku itulah sebagai sumber pendorong motivasi, pengembang inspirasi dan pembela argumentasi.
Buku referensi merupakan gudang pengetahuan dan wawasan. Membaca buku referensi berarti membuka kunci gudang wawasan. Wawasan itu sangat diperlukan bagi guru calon penulis karya ilmiah populer ataupun yang sudah terbiasa menulis. Makin tinggi keinginan Anda menulis makin banyak wawasan yang perlu dimiliki.
Nah, jika Anda menginginkan banyak wawasan, maka harus banyak membaca buku referensi. Anda jangan terpaku hanya membaca satu buku referensi. Banyaknya buku referensi yang Anda baca berkorelasi positif terhadap keluasan wawasan yang Anda miliki. Keluasan wawasan Anda menentukan kualitas karya  tulis Anda. Kualitas karya tulis akan berdampak pada pemuatan dan pengakuan masyarakat. Pada gilirannya, kualitas karya tulis akan mempererat hubungan Anda dengan penerbit media masa. Keakraban inilah mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap kualitas nama Anda di media masa.
Oleh karenanya, Anda harus rajin membaca buku dari banyak buku referensi. Cara mendapatkan banyak buku referensi di antaranya dengan : 1. membeli buku-buku referensi di toko buku , 2. meminjam buku-buku referensi teman yang memilikinya, dan  3. membaca buku di perpustakaan.
Kedelapan, Consisten Mau Menulis
Konsisten mau menulis artinya taat atas ketekadan dirinya untuk menulis. Pendiriannya untuk menulis ajek, tidak berubah-ubah sekalipun 1,2,3 bahkan sampai 6 kali karya tulisnya tidak dimuat di media masa.
Konsisten merupakan landasan kekuatan pertahanan motivasi menulis dalam menghadapi rongrongan yang berasal dari kebosanan, kemalasan dan makin menggejalanya erosi motivasi.
Bersamaan menjaga kelestarian motivasi, konsistensi juga harus  dipertahankan. Kedua unsur inilah pada hakekatnya merupakan roh kegiatan penulisan karya ilmiah. Kedua unsur inilah merupakan pendorong terwujudnya karya tulis ilmiah. Guru-guru yang belum mau memulai menulis karya ilmiah itu pada umumnya lebih disebabkan oleh rendahnya motivasi dan konsisten menulis.

Kegagalan memang menyakitkan. Beberapa kali karya tulis yang dikirimkan ke media masa tidak diterbitkan  bisa jadi membuat si penulis patah semangat, putus asa dan stress hingga berhenti tidak mau menulis lagi. Patah semangat sendirian masih dirasakan belum memuaskan.  Ia segera berkoar kemana-mana  dengan kejengkelannya mengatakan,” Membuat karya tulis itu sulit. Karya tulis itu melelahkan. Media masa tidak adil. Media masa itu tidak fair ,” dan lain-lain. Semua perkataannya bernada kecewa dan meluapkan isi hatinya dengan mengumpat kesulitan karya tulis dan ketidakadilan redaktur media masa. Sikap seperti itulah yang disebut tidak konsisten.
Apabila Anda termasuk yang demikian , lekaslah mawas diri ! Sikap yang seperti itu bukan sifat penulis yang cerdas. Bangunlah semangat yang baru untuk membentuk artikel yang bisa memenuhi selera setiap penerbit sehingga nama Anda terpampang di halaman media masa. Cobalah,  artikel-artikel Anda yang tidak lolos uji redaktur suatu media masa agar diperbaiki untuk dikirimkan lagi ke media masa yang lain dengan memperhatikan berbagai komponen yang mendukungnya.
Karya tulis ilmiah sebagian besar merupakan publikasi hasil peneli- tian. Dengan demikian format yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini ditentukan oleh isi penelitian yang menggambarkan metode atau sistematika penelitian. Metode penelitian secara garis besar dapat dibagi dalam empat macam.yaitu yang disusun berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, hasil penelitian kualitatif, hasil kajian pustaka, dan hasil kerja pengembangan.
Karya tulis ilmiah yang berupa hasil penelitian inid apat dibedakan berdasarkan sasaran yang dituju oleh penulis. Karya tulis ilmiah untuk kepentingan masyarakat akademik berupa skripsi, tesis, dan disertasi. Karya tulis ilmiah untuk kepentingan masyarakat akademik bersifat teknis, berisi apa yang diteliti secara lengkap, mengapa hal itu diteliti, cara melakukan penelitian, hasil-hasil yang diperoleh, dan kesimpulan penelitian. Isinya disajikan secara lugas dan. objektif. Karya tulis ilmiah untuk kepentingan masyarakat umum biasanya disajikan dalam bentuk artikel yang lebih cenderung menyajikan hasil penelitian dan aplikasi dari hasil penelitian tersebut dalam subtansi keilmuannya. Dari berbagai macam bentuk karya tulis ilmiah, karya tulis ilmiah memiliki persyaratan khusus. Persyaratan karya tulis ilmiah adalah: Karya tulis ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik. Karya tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulis ilmiah yakni mencantukan rujukan dan kutipan yang jelas.
Karya tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual dan prosedural. Karya tulis ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan. Karya tulis ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis 
Karya tulis ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajian tidak boleh bersifat emotif. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam menulis karya ilmiah memer- lukan persiapan yang dapat dibantu dengan menyusun kerangka tulisan. Di samping itu, karya tulis ilmiah harus menaati format yang berlaku.

Setelah kerangka dikembangkan menjadi beberapa paragraf dengan memperhatikan beberapa hal dalam pengembangannya, kegiatan berikutnya adalah penyuntingan. Penyuntingan ini dapat dilakukan oleh penulis itu sendiri, dapat juga dengan bantuan orang lain.
Proses penyuntingan ini meliputi beberapa unsur, yaitu:
(a) teknis penulisan (sistematika, ejaan, dan tanda baca),
(b) kalimat,
(c) paragraf,
(d) bahasa, dan
(e) isi.
Setelah melalui proses penyuntingan ini, penulis mulai merevisi karya tulisnya. Pada akhirnya, draf final karya tulis ilmiah tersebut dapat disusun dan dipublikasikan.

EVALUASI



Ada lima kriteria yang bisa kita gunakan untuk mengevaluasi setiap bagian dari menulis. Kriteria ini Focus, Pembangunan, Organisasi, Gaya, dan Konvensi.

Fokus.
Apa yang Anda menulis tentang? Apa klaim atau tesis Anda membela? Kriteria ini adalah yang luas, berkaitan dengan konteks, tujuan, dan koherensi dari sepotong tulisan. Apakah topik Anda sesuai untuk tugas? Apakah Anda tetap pada topik itu atau terlena pada garis singgung tidak membantu? Apakah Anda berfokus terlalu teliti atau terlalu banyak? Misalnya, esai tentang Perang Saudara Amerika pada umumnya mungkin terlalu luas untuk esai perguruan tinggi yang paling. Anda mungkin akan lebih baik menulis tentang pertempuran tertentu, umum, atau kejadian.

Pembangunan.
Pembangunan berkaitan dengan rincian dan bukti. Apakah Anda menyediakan cukup bahan pendukung untuk memenuhi harapan pembaca Anda? Sebuah laporan penelitian yang tepat, misalnya, biasanya mencakup banyak referensi dan kutipan untuk banyak karya lain yang relevan beasiswa. Sebuah deskripsi lukisan mungkin akan mencakup rincian tentang, komposisi penampilan, dan bahkan mungkin informasi biografis tentang seniman yang melukisnya. Memutuskan apa rincian untuk menyertakan tergantung pada penonton dimaksudkan sepotong. Sebuah artikel tentang kanker ditujukan untuk anak-anak akan terlihat sangat berbeda dari satu ditulis untuk warga senior.

Organisasi.
Organisasi, sering disebut “pengaturan,” menyangkut ketertiban dan tata letak kertas. Secara tradisional, kertas dibagi menjadi, tubuh kesimpulan pengenalan, dan. Paragraf terfokus pada gagasan utama tunggal atau topik (kesatuan), dan transisi di antara kalimat dan paragraf yang halus dan logis. Sebuah rambles kertas kurang terorganisir, melayang di antara topik yang tidak berhubungan dengan cara serampangan dan membingungkan.

Gaya.
Gaya secara tradisional berkaitan dengan kejelasan, keanggunan presisi, dan. Sebuah stylist yang efektif tidak hanya mampu menulis dengan jelas untuk penonton, tetapi juga bisa menyenangkan mereka dengan bahasa menggugah, metafora, irama, atau kiasan. Penata Efektif bersusah payah tidak hanya untuk membuat titik, namun untuk membuatnya dengan baik.

Konvensi.
Kriteria ini meliputi tata bahasa, mekanik, tanda baca, format, dan isu-isu lain yang ditentukan oleh konvensi atau aturan. Meskipun banyak siswa berjuang dengan konvensi, pengetahuan tentang di mana untuk menempatkan koma dalam sebuah kalimat biasanya tidak sepenting apakah kalimat yang berharga untuk menulis di tempat pertama. Namun demikian, kesalahan yang berlebihan dapat membuat bahkan seorang penulis brilian tampak ceroboh atau bodoh, kualitas yang jarang akan terkesan pembaca seseorang.
Sumber: http://tugas27.wordpress.com/2012/03/26/persiapan-dalam-menulis-karya-ilmiah/
             http://www.m-edukasi.web.id/2012/06/persyaratan-karya-tulis-ilmiah.html/
             
             http://jumaristoho.wordpress.com/2012/12/05/langkah-langkah-penulisan-ilmiah/

Friday, November 16, 2012

Hipotesis

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.

KEGUNAAN
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
  1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
  2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
  3. Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

KARAKTERISTIK 
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
  4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.

CIRI-CIRI HIPOTESIS
  1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas.
  2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel.
  3. Hipotesis harus dapat diuji.
  4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
  5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.
MACAM-MACAM HIPOTESIS
  1. Hipotesis kerja atau alternatif atau riset atau asli atau riil atau teori atau substantif (H1).
  2. Hipotesis Nihil atau Statistik (Ho).
  3. Hipotesis Tandingan.

REFERENSI:

http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis


Metode Pengumpulan Data

Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.  Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Jenis-jenis Data 
Macam-macam data penelitian
  1. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat sketsa dan gambar.
  2. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan.
  3. Data diskrit (data nominal) adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan secara trepisah, secara diskrit atau kategori.
  4. Data kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan diperoleh dari hasil pengukuran.
  5. Ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat.
  6.  Interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidam mempunyai nilai 0 (nol) mutlak.
  7. Rasio adalah data yang jaraknya sama.
  8. Variable adalah atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.


 Variabel Data 
Dalam bahasa sehari-hari, variabel penelitian sering diartikan sebagai ”faktor-faktor yang dikaji dalam penelitian”. Menurut konsep aslinya yang dimaksud variabel adalah konsep yang memiliki keragaman nilai. Meskipun demikian pemahaman yang mengartikan variabel sebagai faktor-faktor yang akan dikaji dalam penelitian juga dapat diterima mengingat bahwa kegiatan penelitian memang terpusat pada upaya memahami, mengukur, dan menilai keterkaitan antar variabel-variabel tersebut. Tentang hal ini perlu diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti, tetapi harus ditetapkan berdasarkan kajian pustaka. Itu juga berlaku pada penelitian Grounded maupun Penelitian Partisipatif.
Bedanya adalah dalam penelitian pada umumnya variabel lebih mengacu pada teori dan atau hasil-hasil penelitian yang telah biasa dilakukan tentang Topik atau Judul yang sama. Sedang dalam penelitian Grounded dan Partisipatif lebih mengacu pada data/fakta penagalaman empiris baik yang dilakukan oleh praktisi maupun para peneliti setempat.

RAGAM VARIABEL
a. Keragaman Variabel Menurut Kedudukan Atau Fungsinya
Dalam penelitian inferensial dibedakan adanya dua macam variabel utama yaitu variabel terpengaruh (dependent variabel) dan variabel pengaruh (independent variabel).
Variabel pengaruh adalah variabel yang keberadaanya dalam kerangka berpikir bersifat menentukan atau mempengaruhi variabel terpengaruh dan sebaliknya variabel terpengaruh adalah variabel yang keberadaanya senantiasa dipengaruhi atau tergantung pada tiap-tiap atau keseluruhan variabel-variabel pengaruh. Dengan kata lain ”nilai” variabel terpengaruh sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai masing-masing atau keseluruhan variabel pengaruh yang terkait.

1.   Keragaman variabel menurut skala pengukurannya
Dilihat dari ragam skala pengukurannya variabel dapat dibedakan dalam variabel diskrit yaitu variabel-variabel yang hanya dapat diukur dengan skala nominal dan variabel continuous yaitu variabel yang dapat diukur dengan menggunakan skala-skala: ordinal, interval maupun rasio.

Skala nominal
Yang dimaksud skala nominal adalah skala pengukuran yang hanya menunjukan perbedaan tanpa jarak yang jelas. Kepada variabel tersebut dapat diberi nilai skor, tapi skor tersebut hanya menunjukkan kode perbedaan dan bukannya menunjukkan jarak (lebih besar, lebih tinggi).
Misalnya, variabel agama:
Islam: 5                        Hindu: 2
Kristen: 4                     Budha: 1
Katolik: 3
Angka atau nilai yang diberikan hanyalah sekedar menunjukan perbedaan bahwa 5 bukanlah 3 atau 1 bukanlah 4. Tetapi itu tidak berarti bahwa islam lebih tinggi kedudukannya dibanding katolik atau budha lebih tinggi rendah dibanding kristen.
Berkaitan dengan skala pengukuran nominal tersebut karena tidak menunjukan jarak maka tidak boleh: dijumlah, dikurangkan, dibagi atau dikalikan. Karena itu penggunaan dummy-variabel dalam analisis Regresi (misal untuk jenis kelamin) yang memberikan nilai ya=1 dan tidak=0 atau 10 dan 1 perlu dicermati lebih lanjut karena pria dibanding wanita tidaklah 1:0 atau 10:1. Oleh karena dalam menentukan gambaran umum tidak boleh menggunakan nilai rataan (mean) melainkan hanya dengan melihat sebaran frekuensi yaitu dengan menetapkan frekuensi yang tersebar (modus). Sehingga pernyataanya bukan lagi: rata-rata penduduk Indonesia melainkan sebagian besar pendudukIndonesia.

Skala ordinal
Berbeda dengan skala nominal skala ordinal adalah skala pengukuran yang disamping menunjukkan perbedaan juga menunjukkan jenjang atau tingkatan tetapi jarak antar skala atau jenjang/skala tidak sama.
Pengukuran skala ini juga dapat menggunakan nilai skor, tapi skor yang diberikan juga tidak boleh dijumlahkan, dikurangkan, dibagi atau dikalikan.
Contoh, tingkat kecerdikan:
Manusia: 10                  Tikus: 4
Kancil: 8                       Kelinci: 3
Kera: 7                         Semut: 1
Pada contoh tersebut pemberian nilai skor yang lebih tinggi tidak saja memiliki perbedaan tetapi sekaligus juga menunjukkan kelebihan atau aras yang lebih tinggi dibanding yang bernilai skor lebih rendah.
Meskipun perbedaan kecerdikan manusia dan kancil = 2, sementara perbedaan antara kera dan kancil = 1, bukan berarti perbedaan kecerdikan yang dimiliki manusia dan kancil = 2x perbedaan antara kancil dan kera.
Demikian pula meskipun skor kecerdikan manusia = 10 sementara kera = 5 dan kelinci = 3 itu tidak berarti bahwa kecerdikan manusia = kecerdikan kera + kecerdikan kelinci.
Berkaitan dengan sifat-sifat skala ordinal tersebut maka penarikan nilai rataan (mean) juga tidak dapat dilakukan melainkan cukup hanya dengan mengukur nilai tengah (median) atau tendensi sentralnya. Pengukuran rataan hanya bisa dilakukan manakala dilakukan pembobotan terlebih dahulu kemudian dilakukan penjumlahan serta penilain rataannya.

Skala interval dan rasio
Skala interval adalah skala yang mempunyai jarak jika dibanding dengan jarak lain sedang jarak itu diketahui dengan pasti. Misalnya: jarak semarang – magelang 70 km sedangkan magelang – yogya 101 km, maka selisih jarak magelang –yogya yaitu 31 km.
Skala rasio adalah skala perbandingan. Skala ini dalam hubungan antar sesamanya merupakan ”sekian kali”. Misalnya: berat pak karto 70 kg sedangkan anaknya 35 kg. Maka pak karto beratnya dua kali anaknya.
c. Pengukuran definisi variabel dan pengukurannya
Yang dimaksud dengan definisi variabel adalah pengertian yang diberikan kepada setiap variabel penelitian termasuk indikator parameternya.
Berdasarkan banyak nilai, ada variabel dikotomi (dua nilai) atau politomi (banyak nilai). Sedangkan dalam penelitian variabel dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) variabel bebas dan tidak bebas, (2) variabel aktif dan atribut, dan (3) variabel kontinyu dan diskret.

1. variabel bebas dan variabel tak bebas
Penelitian mencari sebab dan akibat dalam suatu gejala atau mencari hubungan diantara berbagai faktor. Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain disebut variabel bebas. Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya disebut variabel tak bebas.
Suatu variabel boleh jadi variabel bebas pada satu penelitian tetapi variabel tak bebas pada penelitian lain. Misalnya konservatisme politik (variabel bebas) diselidiki pengaruhnya pada proses pembuatan keputusan. Pada penelitian lain, afiliasi dengan kelompok dianggap mempengaruhi konservatisme politik (variabel tak bebas). Jadi sebetulnya klasifikasi variabel dalam variabel bebas dan variabel tak bebas bergantung pada maksud penelitian.

2. variabel aktif dan variabel atribut
Dalam penelitian eksperimental kita berhadapan dengan variabel yang dapat kita manipulasikan dan variabel yang sudah jadi dan tidak dapat kita kendalikan. Kita dapat mengendalikan temperatur ruangan, atau tingkat hukuman yang diberikan guru pada murid, atau jumlah frekuensi kekerasan dalam acara televisi, atau jumlah insentif dalam kampanye Keluarga Berencana. Tapi kita tidak dapat mengendalikan umur, tingkat kecerdasan, status sosial, atau jenis kelamin. Variabel dalam kelompok contoh pertama disebut variabel aktif; dalam contoh kedua disebut variabel atribut. Satu-satunya cara meneliti variabel atribut tertentu ialah mengelompokkan subyek penelitian dalam kategori variabel atribut tertentu dan membandingkannya dengan subyek penelitian dalam kategori variabel atribut yang lain.

3. variabel kontinyu dan variabel diskret
Variabel kontinyu adalah variabel yang secara teoritis dapat mempunyai nilai yang bergerak tak terbatas antara dua nilai. Tinggi orang boleh jadi 1.5 m; 1,534 m; 1,5348 m dan seterusnya, bergantung pada kecermatan pengukuran. Variabel diskret hanya mempunyai satu nilai tertentu saja. Jumlah anak yang dimiliki adalah variabel diskret yang mempunyai nilai 1,2,3,4,5 dan seterunya dan tidak mungkin 1,5; 1,37; atau 2,5. dalam variabel diskret tidak ada nilai pecahan.
Tabel skala interval dan rasio
Variabel
Interval
Rasio
Umur
X
Tinggi badan
X
Jumlah anggota
X
produktivitas
X
Pendefinisian atau pemberian pengertian yang jelas terhadap variabel tersebut sangat diperlukan karena merupakan panduan bagi pengukuran dan data yang diperlukan serta perumusan instrumen pengumpulan datanya.
Berkaitan dengan penetapan ukuran-ukuran tersebut ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pendekatan ”ethic” yang dikembangkan peneliti dengan konsep atau pandangan diluar obyek yang diteliti, dan pendekatan ”emic” yang dikembangkan dari obyek yang diteliti atau menurut ukuran yang disepakati oleh obyek peneliti itu sendiri.
Pengukuran skala ini sangat penting kaitannya dengan alat analisis yang akan digunakan. Oleh sebab itu segera setelah perumusan definisi dan pengukuran variabel ini perlu dilakukan kaji ulang terhadap Judul Penelitian yang diajukan.
Contoh: Judul tentang Pengaruh perlu segera diganti dengan Hubungan, manakala skala pengukuran tidak dapat dilakukan seluruhnya dengan skala interval/rasio.

DEFINISI VARIABEL DAN PENGUKURANNYA
Pengertian variabel
Variabel adalah konsep yang memiliki keragaman nilai.Tentang hal ini perlu diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti, tetapi harus ditetapkan berdasarkan kajian pustaka

RAGAM VARIABEL
1. Keragaman Variabel Menurut Kedudukan Atau Fungsinya
Variabel pengaruh adalah variabel yang keberadaanya dalam kerangka berpikir bersifat menentukan atau mempengaruhi variabel terpengaruh
variabel terpengaruh adalah variabel yang keberadaanya senantiasa dipengaruhi atau tergantung pada tiap-tiap atau keseluruhan variabel-variabel pengaruh.
2. Keragaman variabel menurut skala pengukurannya
variabel diskrit yaitu variabel-variabel yang hanya dapat diukur dengan skala nominal dan variabel continuous yaitu variabel yang dapat diukur dengan menggunakan skala-skala: ordinal, interval maupun rasio.
Skala nominal
Yang dimaksud skala nominal adalah skala pengukuran yang hanya menunjukan perbedaan tanpa jarak yang jelas. Kepada variabel tersebut dapat diberi nilai skor, tapi skor tersebut hanya menunjukkan kode perbedaan dan bukannya menunjukkan jarak (lebih besar, lebih tinggi).
Skala ordinal
Berbeda dengan skala nominal skala ordinal adalah skala pengukuran yang disamping menunjukkan perbedaan juga menunjukkan jenjang atau tingkatan tetapi jarak antar skala atau jenjang/skala tidak sama.
Pengukuran skala ini juga dapat menggunakan nilai skor, tapi skor yang diberikan juga tidak boleh dijumlahkan, dikurangkan, dibagi atau dikalikan
Skala interval dan rasio
Skala interval adalah skala yang mempunyai jarak jika dibanding dengan jarak lain sedang jarak itu diketahui dengan pasti.
Skala rasio adalah skala perbandingan. Skala ini dalam hubungan antar sesamanya merupakan ”sekian kali”
3. Pengukuran definisi variabel dan pengukurannya
Yang dimaksud dengan definisi variabel adalah pengertian yang diberikan kepada setiap variabel penelitian termasuk indikator parameternya.
Berdasarkan banyak nilai, ada variabel dikotomi (dua nilai) atau politomi (banyak nilai). Sedangkan dalam penelitian variabel dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) variabel bebas dan tidak bebas, (2) variabel aktif dan atribut, dan (3) variabel kontinyu dan diskret.
Berkaitan dengan penetapan ukuran-ukuran tersebut ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pendekatan ”ethic” yang dikembangkan peneliti dengan konsep atau pandangan diluar obyek yang diteliti, dan pendekatan ”emic” yang dikembangkan dari obyek yang diteliti atau menurut ukuran yang disepakati oleh obyek peneliti itu sendiri.

Teknik Pengumpulan Data
1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
  • Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
  • Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
  • Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1.   Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
2.   Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.

Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
  • Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
  • Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
  • Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
  • Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
  • Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru
  • Bisa membaca isyarat non verbal
  • Bisa memperoleh data yang banyak
Sementara kekurangannya adalah :
  • Membutuhkan waktu yang lama
  • Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah
  • Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
  • Pewawancara perlu dilatih
  • Bisa menimbulkan bias pewawancara
  • Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
Wawancara via phone
Kelebihan
  • Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
  • Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
  • Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)
Kelemahan
  • Isyarat non verbal tidak bisa dibaca
  • Wawancara harus diusahakan singkat
  • Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel
3.Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.
Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
1.   Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab peneliti.
2.   Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas.
3.   Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
4.   Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak boleh dilanggar
5.   Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
6.   Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
7.   Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara fisik maupun mental.
8.   Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang dikumpulkan selama study.

Referensi :
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : SalembaEmpat
http://teorionline.wordpress.com